Gambar atas: Tempat yang masih dianggap keramat, dengan masih banyaknya masyarakat Desa Logandu berziarah di tempat ini bila akan melaksanakan hajatan besar (sunat, nikah, dll)
Gambar bawah: Jalan rusak parah di Desa Logandu Kecamatan Karanggayam. Desa ini salah satu lokasi kegiatan pendampingan Kelompok Tani Mahoni dari TFT.
Penduduk & Lahan
Dari total penduduk 4.505 yang terdiri dari 1.108 KK sebagian besar mata pencahariannya adalah petani dan buruh tani sebesar 2.481 orang. Sedangkan yang berprofesi sebagai pedagang adalah 45 orang, PNS/TNI/Polri hanya 4 orang. Karena di desa Logandu terdapat lahan Perhutani seluas 115 ha maka ada beberapa petani yang juga bekerja sebagai penyadap getah pinus terutama petani yang rumahnya di sekitar lahan Perhutani. Namun keberadaan Perhutani dengan tanaman Pinusnya mengurangi keberadaan air dan mata air di desa ini menurut beberapa tokoh
Lahan penduduk Desa Logandu lebih banyak di lereng bukit yang cukup terjal (5- 15%)masyarakat dan sesepuh desa. Mata air di Logandu terdapat di dusun Segigil, Kuripan dan Kalilkukap yang terbesar. Penggunaan mata air untuk konsumsi rumah tangga, sudah ada bantuan pemasangan pralon/slang dari PLAN.
Di Desa Logandu terdapat 3 (tiga) Sekolah Dasar Negeri dan 2 (dua) Taman Kanak-kanak. Untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP lebih memilih di MTS (Madrasah Tsanawiyah) Kepadangan di desa Clapar. Pendidikan pada jenjang SLTA (SMA/SMK) hanya terdapat di Karanganyar atau Kebumen. Tapi untuk SMP Negeri di kota kecamatan Karanggayam sudah terdapat 2 SMP Negeri.
Sumur yang dibuat petani untuk mengatasi kesulitan air di sawah pada musim kemarauSulitnya transportasi karena jalan yang cukup parah rusaknya, memaksa anak yang akan melanjutkan ke SLTA untuk kost/mondok di Karanganyar atau Kebumen. Apalagi jarak yang cukup jauh bila harus ditempuh bila harus pulang-pergi sekolah ke rumah. Namun demikian, antusias penduduk untuk menyekolahkan putra-putrinya cukup bagus. Walaupun hanya sampai jenjang SLTP. Karenanya banyak penduduk usia produktif yang mencari penghidupan di kota besar seperti Jakarta dan Bandung sebagai buruh pabrik atau pembantu rumah tangga.
Aliran sungai Kali Gebang yang mulai mengalami pendangkalanDari luas desa sekitar 726,415 ha di luar lahan Perhutani, sebesar ± 62% merupakan lahan pertanian dan perkebunan. Pertanian di desa Logandu berupa sawah tadah hujan, maka bilamana musim kemarau tanaman padi tidak dapat optimal. Selain padi, petani di Logandu banyak pula menanam tembakau yang distribusinya hingga wilayah Majenang di kabupaten Cilacap. Palawija yang ditaman di Logandu diantaranya adalah Kencur, Singkong, Tembakau, Jagung, dan Kacang tanah. Untuk tanaman kacang tanah biasanya dijual ke pembeli yang mendatangi langsung ke petani atau dijual di pasar. Ada makanan dari bahan baku Singkong yang cukup dikenal ke beberapa desa/kecamatan lainnya yakni “Inthil” karena bagus dan enak. “Inthil” adalah makanan pengganti nasi yang nikmat bila dimakan dengan sayuran pedas atau dicampur dengan parutan kelapa.Di Logandu pernah ada fasilitasi dari Plan untuk peralatan dan pembuatan kripik dari ubi jalar. Namun tidak dapat diteruskan karena produknya tidak dapat diterima (mutu kurang baik) oleh pabrik yang menampungnya.
Adat dan Budaya
Dalam bidang seni dan budaya, masyarakat Desa Logandu masih banyak yang menjaga kelestarian seni tradisi. Ada beberapa kelompok kesenian tradisional yang masih aktif diantaranya Kuda Lumping, Lengger, dan Wayang Orang yang lebih banyak mengambil kisah-kisah Panji. Selain itu ada pula kesenian Rebana dan Janeng yang bernafaskan agama Islam.
Adat istiadat yang masih dilakukan masyarakat Desa Logandu adalah berjiarah di 3 lokasi petilasan Mbah Suradiwangsa, tokoh yang berpengaruh pada masa lampu di desa ini. Jiarah yang masih dilakukan dengan berdoa dan membakar kemenyan dilakukan bilamana penduduk akan melaksanakan hajat/peristiwa penting dalam keluarganya (menikah/sunatan/panen).
Tangga semen menuju lokasi makam leluhur Mbah Suradiwangsa Ketiga tempat tersebut adalah Pecucen (2 tempat) yakni tempat yang dulu digunakan beristirahat Mbah Suradiwangsa berupa batu besar dan tempat memandikan/mensucikan jenasahnya yang sudah dibangun permanen. Lokasinya terletak di belakang Balai Desa Logandu. Sedangkan satu tempat lagi adalah Makam Mbah Suradiwangsa yang di sekitarnya sekarang juga dipergunakan sebagai pemakaman umum. Sayangnya lokasi rumah tempat tinggal Mbah Suradiwangsa saat ini sudah menjadi lahan sawah. Meskipun di beberapa lokasi masih terdapat sisa-sisa peninggalannya berupa batu asah (untuk mengasah senjata/arit).
PERTABATAN. Batu besar konon dulu tempat beristirahat Mbah SuradiwangsaPada bulan Jawa Syura, masih dilakukan ritual penyembelihan 2 ekor kambing untuk keselamatan desa. Kepala kambingnya dikubur di ujung timur dan barat desa. Namun hal ini sekarang hanya dilakukan oleh pamong dan sesepuh desa saja, kalaupun ada keterlibatan warga hanya dalam segi pendanaan itupun jarang terjadi. Setiap 4 bulan sekali masyarakat Desa Logandu melakukan bersih makam yang dilakukan bersama-sama.
PECUCEN. Tempat memandikan jenazah Mbah SuradiwangsaDi Logandu juga masih terdapat adat yang masih dilakukan berhubungan dengan hutan/tanaman. Bilamana penduduk akan menebang pohon besar (mahoni, jati, sana keling), pemilik pohon memohon doa agar terlepas dari bahaya dengan berdoa di tiap pohon yang akan ditebang dengan membakar kemenyan. Ada juga hari tertentu yang tidak diperkenankan menebang pohon, hal ini khusus untuk wilayah dusun Kuripan.
Riwayat Desa
Logandu sebelum menjadi desa sendiri dulunya merupakan satu wilayah desa dengan Desa Kebakalan. Menurut cerita sesepuh di Desa Logandu, dulu kala desa ini tidak aman karena banyaknya terjadi kejahatan perampokan (begal/kecu), untuk itu masyarakat desa meminta bantuan kepada Mbah Kepadangan tokoh yang bagi warga di desa Clapar dipercaya adalah pahlawan Untung Surapati. Untuk mengamankan desa Logandu, Mbah Kepadangan mengutus cucunya yang bernama Mbah Suradiwangsa. Dengan kesaktiannya Mbah Suradiwangsa mampu mengalahkan keganasan Begal/kecu yang mengganggu desa. Akhirnya Mbah Suradiwangsa tinggal di Logandu sampai wafatnya. Selain kedekatan dengan Desa Clapar dari Mbah Suradiwangsa yang merupakan cucu Mbah Kepadangan.
Sumber:
Profil Desa Logandu, Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen.
- Wawancara dengan tokoh masyarakat:
Bpk. Karlan
Bpk. Wiryo Saputro
Bpk. Pujo