Pages

Friday, 26 October 2007

Make a Farmer Group


Foto sejenak di tempat tertinggi (Watu rumpit) Desa Giripurno, Karanganyar (gbr. kiri). Konsultasi dengan Kepala Desa Clapar, Kec. Karanggayam.

Pembentukan KTM (Kelompok Tani Mahoni/Mahogany Farmer Group) melalui berbagai tahapan sosialisasi langsung ke petani. Untuk dapat melaksanakan sosialisasi ini, dilakukan konsultasi di tingkat Pemerintahan Desa. Dengan konsultasi ini dapat digali informasi tentang karakteristik masyarakat, potensi wilayah, program yang sudah berjalan terkait dengan kehutanan, dan lain sebagainya.

Selain informasi di atas juga mendapatkan akses untuk kontak personal dalam pelaksanaan Sosialisasi Program di desa tersebut. Seringkali TFT diarahkan ke Pamong/perangkat Desa yang sering menangani bidang kehutanan (Gerhan/GNRHL) atau Ketua Kelompok Tani yang sudah ada. Dengan bekal informasi dan koordinasi dengan kontak personal itu, dilaksanakanlah Sosialisasi Program di desa tersebut.
Di semua Desa yang sudah dilaksanakan Sosialisasi, ada kesamaan dalam hal waktu dan tata cara Sosialisasi. Sosialisasi pasti dilakukan pada Malam Hari, seringkali dilaksanakan dari sejak Jam 21.00 hingga 12.30 WIB. Di setiap desa yang sudah terbentuk Kelompok Tani Mahoni (KTM), rata-rata diperlukan 3 kali sosialisasi hingga tersusun Pengurus KTM. Untuk mendapat gambaran tentang materi dan hasil sosialisasi di beberapa desa akan diposting mulai sekarang dan berikutnya.
DESA GIRIPURNO, KECAMATAN KARANGANYAR
DUKUH PENGILON

Tempat : Balai Pertemuan Posyandu, Dukuh Pengilon, Giripurno-Karanganyar
Hari/Tanggal : Sabtu, 9 September 2006

Acara dihadiri oleh ± 20 orang petani, kecilnya audiens karena bersamaan dengan acara pertemuan RT serta hajatan warga di dukuh Pengilon. Ibu Kepala Desa tidak dapat turut serta karena ada kegiatan lain di kecamatan. Dipandu oleh Bpk. Sarimin (sekretaris desa), acara langsung diserahkan kepada Team TFT_ComF untuk menjelaskan maksud, tujuan dan rencana program Program Pengembangan Hutan Masyarakat.
Team ComF_TFT mengawalinya dengan perkenalan anggota Team ComF, kemudian latar belakang adanya Program Pengembangan Hutan Masyarakat. Dengan mengingatkan kembali adanya studi tentang potensi Mahoni di dukuh Pengilon pada bulan Desember 2005, dengan hasil Kabupaten Kebumen, khususnya di desa Giripurno berpotensi untuk pengembangan hutan masyarakat khususnya tegakan Mahoni. Dijelaskan, karena titik berat studi waktu itu adalah tegakan Mahoni, maka sebagai langkah awal Program Pengembangan Hutan Masyarakat pada pengelolaan Mahoni. Diharapkan bilamana program ini berhasil, akan dikembangkan pada jenis tegakan lain (Jati, Acacia, Albasia, dll) sesuai dengan potensi yang ada.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan daya jual Mahoni milik rakyat dengan pengelolaan yang Baik dan Benar. Program yang diberikan berupa PENDAMPINGAN TEKNIS, baik Produksi, Manajemen maupun Pemasaran. Program ini bukan program yang membagi-bagi uang ke petani, tapi Pendampingan Teknis dari TFT bersifat GRATIS! Petani tidak dipungut BIAYA apapun dalam pelaksanaan Program ini. Bilamana Petani/Kelompok memperoleh Keuntungan Finansial dari aspek Pemasaran, TFT TIDAK MEMINTA BAGIAN (BUKAN BAGI HASIL).
Untuk memudahkan Team ComF_TFT menggunakan perumpamaan. Perumpamaan yang dipakai oleh Team ComF_TFT dalam sosialisasi dengan menyamakan Pohon Mahoni yang tidak dikelola dengan baik dan benar seperti anak yang tidak mau sekolah (meski punya potensi bagus). Tentunya bila bekerja akan memperoleh gaji yang kecil. Tapi bila Petani mau didampingi TFT dengan membentuk Kelompok Tani, maka Pohon tersebut berarti sudah jadi siswa Kelas 1. Tentunya bila mendaftar sekolah, didata terlebih dulu. Demikian juga dengan Kelompok Taninya, Anggota didata secara rinci Potensi Pohon yang dimiliki untuk dapat melakukan pengelolaan dengan baik dan benar-terlebih untuk menentukan Jatah Tebangan Tahunan Kelompok-sesuai kesepakatan Kelompok dengan pengarahan dari Team ComF_TFT.
DUKUH KEMBANG ABANG

Tempat : Rumah Bpk. Parsum W. (Kadus), Dukuh Kembang Abang
Hari/Tanggal : Kamis, 10 September 2006



Sosialisasi di Dusun Kembang abang Desa Giripurno dimulai pada pukul 21.30 wib – 00.30 wib. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 26 orang yang merupakan perwakilan dari 5 RT. Kegiatan diawali dengan pembukaan oleh staff desa Giripurno yaitu Bpk Marsino yang sekaligus warga Dusun Kembang abang.

Dari kiri-kanan: Bpk. Parsum Widodo (Kadus Kembang Abang), Bpk. Marsino (staff desa Giripurno), Untung K (Comf); Bahrun (ComF). Pada saat pembukaan disebutkan oleh pak Marsino bahwa pertemuan yang dilaksanakan pada malam ini adalah pertemuan untuk mensosilaisasikan program pengembangan hutan masyarakat “mahoni” oleh tim TFT. Selanjutnya pak Marsino memperkenalkan tim TFT dan mengharapkan pada acara tersebut bapak-bapak yang hadir untuk mendengarkan dan menyimak apa-apa yang akan disampaikan tim berkaitan dengan program yang ditawarkan.

Setelah acara pembukaan kemudian dilanjutkan dengan sambutan pak Kadus Kembang Abang yaitu pak Parsum Widodo. Dalam sambutannya pak Kadus mengucapkan terima kasih kepada bapak-bapak yang hadir pada acara sosialisasi dan kepada Tim yang akan memberikan penjelasan mengenai program. “Pada dasarnya pemerintahan setempat mendukung tentang apa yang akan dijalankan di dusun ini, tetapi mungkin untuk rencana program, tujuan dan sebagainya perlu dijelaskan dalam sosialisasi ini.”

Pembicara pada sosialisasi diawali oleh Untung K dari tim ComF. Dalam pemberian materi yang kemudian dilengkapi oleh yang lainnya. Materi yang diberikan secara umum meliputi latar belakang (pada saat kajian studi potensi mahoni), Maksud dan tujuan program, model pendampingan dan aspek lainnya yang terkait.

Dari hasil pengamatan tim di lapangan pada saat sosialisasi, warga/masyarakat mendukung program yang akan dikembangkan hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan warga yang ingin tahu lebih jauh tentang program tersebut. Beberapa pertanyaan terlontar seperti di bawah ini:

1. Dapat bantuan bibit apa bagaimana?
Mengenai bantuan bibit mungkin saja, tetapi kita lihat dulu nanti kalau memang sudah terbentuk kelompok, kelompok tersebut berembug kira-kira apa yang dibutuhkan kelompok untuk pengembangan mahoninya, apakah itu bibit, pupuk, atau lain sebagainya, tetapi disini TFT tidak memberikan bantuan yang sifatnya materi tetapi lebih ke teknis. Misalkan masalah bibit, kalau memang sulit, kita pecahkan bersama-sama misalkan dengan membuat persemaian atau kebun bibit.

2. Bagaimana mengelola atau mengatur panen yang sesuai dengan kebutuhan anggota kelompok, dan bagaimana seandainya kalau pohonnya belum bisa di tebang?
Pengaturan panen untuk kelompok bisa dilakukan kalau memang sudah ada data potensi pohon pada kelompok tersebut. Apabila sudah di data baru panennya bisa diatur. Kalau pohonnya belum bisa ditebang alangkah baiknya ditunggu sampai masak tebang, disamping untuk menghasilkan kayu yang bagus juga untuk meningkatkan harga kayu.

3. Apakah memakai sistem kontrak jual (bisa pinjam uang dengan jaminan mahoni tapi dengan harga “nanti” saat ditebang) antara kelompok dan pembeli yang sifatnya tetap?
Dimungkinkan petani memakai sistem kontrak jual. Apabila memang ada kesulitan masalah ekonomi anggota kelompok, hal tersebut diselesaikan terlebih dulu oleh kelompok, siapa tahu ada anggota yang sanggup menanggung dananya, bila memang merasa sulit, TFT akan mencoba mencari jalan keluarnya. Mungkin dengan mengajak kerja sama Lembaga Keuangan (Bank) setempat. Tapi bilamana tidak ada yang dapat kerja sama, TFT memiliki anggota yang berupa Lembaga Keuangan sebagai jalan keluar terakhirnya.
4. Diameter berapa pohon siap ditebang?
Untuk diameter pohon yang bisa ditebang adalah 30 cm up atau medeling 1m, apabila memang anggota kelompok hanya ada yang 20 cm-30cm (diameternya) maka ini bisa dicalonkan untuk ditebang, tentunya dengan mempertimbangkan jatah produksi/tebangan dalam kelompok tersebut.
5. Bagaimana supaya mahoni biar cepat besar?
Agar mahoni cepat besar harus dipupuk dan dipelihara, karena pada intinya tanaman memerlukan ”makanan” untuk pertumbuhannya.
6. Bagaimana dengan harga mahoni yang berbeda lokasi tempat tumbuhnya?
Memang sedikit banyak lokasi tempat tumbuh mahoni sedikit banyak akan mempengaruhi harga kayunya, itu tergantung kesepakatan antara kelompok dengan pembeli, Karena memang untuk mahoni yang berada di lokasi lembah atau daerah miring (terjal) memerlukan biaya tambahan untuk angkutannya.

7. Kalau sudah ikut kelompok bisa ngak mahoni dijual kepada pedagang lain atau diipake untuk sendiri?
Bisa saja, tetapi alangkah baiknya hal tersebut dipikirkan lagi, karena kalau dijual ke tempat lain belum tentu harganya akan lebih baik. Sebagaimana dicontohkan dalam penjelasan awal, Mahoni milik anggota kelompok sudah berada di kelas 1 atau 2, tapi bila dijual di tempat lain maka akan disamakan dengan Mahoni yang belum bersekolah. Tentunya yang merugi adalah petani itu sendiri, TFT sebagai pendamping tidak ingin hal itu terjadi.

Secara umum acara sosialisasi di dusun Kembangabang berjalan lancar dan warga mendukung program. Dari hasil sosialisasi tersebut masyarakat sepakat untuk membentuk kelompok dalam program ini. Disepakati juga pembentukan kelompok tani mahoni akan ditindak lanjuti dengan pertemuan berikutnya yaitu pada hari Minggu (waktu yang sama) tanggal 17 September 2006 tepatnya, di tempat yang sama yaitu di rumah pak Kadus Parsum Widodo.
Kesimpulan hasil diskusi adalah sebagai berikut:

  • Program ini sifatnya sukarela, TFT hanya menawarkan kepada warga/masyarakat untuk ikut terlibat dalam program pengembangan hutan masyarakat ”mahoni”, dan TIDAK DIPUNGUT BIAYA sekecil apapun.
  • Apabila warga/masyarakat tertarik dan ingin ikut program ini maka harus membentuk kelompok yang anggotanya adalah orang yang memiliki tanaman mahoni dan berada pada lahan tanah milik.
  • Metode program pengembangan yang dilakukan oleh Tim TFT adalah bersifat pendampingan mulai dari aspek produksi, manajemen dan pemasaran.
  • Pendampingan yang dilakukan TFT selain kepada kelompok-kelompok tani juga dilakukan terhadap pedagang, sawmill dan pabrik (kalau bersedia dibina TFT).Tujuan yang ingin dicapai dari program ini adalah bagaimana masyarakat dapat mengelola hutan yang berupa pekarangan dan kebun secara maksimal dan memberikan hasil yang lebih baik, dan sesuai dengan prinsip pengelolaan hutan lestari.

No comments:

Post a Comment